Sebelum
mengenal lebih jauh tentang sabun dan deterjen ,kita kenali dahulu bahan utama
pembuatan sabun dan deterjen ,yaitu surfaktan. Apakah Surfaktan itu ?
Surfaktan merupakan suatu senyawa aktif penurun tegangan
permukaan yang dapat diproduksi melalui sintesis kimiawi maupun biokimiawi. Surfaktan adalah zat yang dapat
mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
(antar muka), atau zat yang dapat menaik dan menurunkan tegangan permukaan.
Karakteristik utama surfaktan adalah memiliki gugus polar dan non polar pada
molekul yang sama.
Sifat aktif permukaan yang dimiliki surfaktan diantaranya
mampu menurunkan tegangan permukaan, tegangan antarmuka dan meningkatkan
kestabilan sistem emulsi.
Apakah
tegangan permukaan itu ?
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja
pada permukaan sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang
diperlukan untuk memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan
dinyatakan dalam erg/cm2.
Sifat – sifat khusus surfaktant adalah :
- Pembasahan
Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses pembasahan nyatakan oleh Hukum Dupre.
- Daya Busa
Busa
ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan memperkecil tegangan antarmuka,
sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant mempunyai daya busa.
- Daya
Emulsi
Emulsi
adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain, yang tidak saling melarutkan.
Sama hanya dengan pembasahan, maka surfaktant akan menurunkan tegangan antarmuka,
sehingga terjadi emulsi yang stabil.
Sabun
Sabun
adalah suatu gliserida (umumnya C16 dan C18 atau
karboksilat suku rendah) yang merupakan hasil reaksi antara ester (suatu
derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara asam karboksilat dengan alkanol yang
merupakan senyawa aromatik dan bermuatan netral) dengan hidroksil dengan
residu gliserol (1.2.3 – propanatriol). Apabila gliserol bereaksi dengan
asam – asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat)
maka akan terbentuk lipida (trigliserida atau triasilgliserol).
Sabun
ditemukan oleh orang Mesir kuno (egyptian) beberapa ribu tahun yang
lalu. Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar.
Teknik pembuatan sabun dilupakan orang dalam Zaman Kegelapan (Dark Ages),
namun ditemukan kembali selama Renaissance.
Penggunaan
sabun meluas pada abad ke – 18. Gliserida
(lelehan lemak sapi atau lipida lain) dididihkan bersama – sama dengan
larutan lindi (dulu digunakan abu kayu karena mengandung
K-karbonat tapi sekarang NaOH) terjadi hidrolisis menjadi gliserol dan
garam Sodium dari asam lemak, setelah sabun terbentuk kedalamnya ditambahkan
NaCl agar sabun mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan.
Gliserol, lindi dan NaCl berlebih dipisahkan dengan cara destilasi. Sabun yang
masih kotor dimurnikan dengan cara pengendapan berulang – ulang (represipitasi).
Akhirnya ditambahkan zat aditif (batu apung, parfum dan zat pewarna)
Jenis – jenis Sabun :
1. Sabun keras atau
sabun cuci.
Dibuat dari lemak dengan
NaOH, misalnya Na – Palmitat dan Na – Stearat.
2. Sabun lunak atau
sabun mandi.
Dibuat dari lemak dengan KOH, misalnya K-Palmitat dan
K-Stearat 
Suatu
molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat –
zata non polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar – benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air
karena membentuk misel (micelles), yakni kumpulan (50 – 150) molekul sabun yang
rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung – ujung ionnya menghadap ke air.
Ditinjau dari jenis dan fungsinya sabun
dapat kategorikan sebagai :
1. Transparant
Soap – sabun ‘tembus pandang’ ini tampilannya jernih dan cenderung
memiliki kadar yang ringan. Sabun ini mudah sekali larut karena mempunyai sifat
sukar mengering.
2. Castile Soap – sabun yang memakai nama suatu
daerah di Spanyol ini memakai olive oil untuk formulanya. Sabun ini aman dikonsumsi karena tidak
memakai lemak hewani sama sekali.
3. Deodorant Soap –
sabun ini bersifat sangat aktif digunakan untuk menghilang aroma tak sedap pada
bagian tubuh. Tidak dianjurkan digunakan untuk kulit wajah karena memiliki
kandungan yang cukup keras yang dapat menyebabkan kulit teriritasi.
4. Acne Soap –
Sabun ini dikhususkan untuk membunuh bakteri-bakteri pada jerawat. Seringkali
sabun jerawat ini mengakibatkan kulit kering Bila pemakaiannya dibarengi dengan
penggunaan produk anti-acne lain maka kulit akan sangat teriritasi, sehingga
akan lebih baik jika Anda memberi pelembab atau clarning lotion setelah
menggunakan Acne Soap.
5. Cosmetic Soap atau Bar Cleanser –
biasanya dijual di gerai-gerai kecantikan. Harganya jauh lebih mahal dari
sabun-sabun biasa karena di dalamnya terdapat formula khusus seperti
pemutih. Cosmetic soap biasanya memfokuskan formulanya untuk
memberi hasil tertentu, seperti pada whitening facial soap dan firming
facial soap.
6. Superfatted
Soap – memiliki kandungan minyak dan lemak lebih banyak sehingga
membuat terasa lembut dan kenyal. Sabun ini sangat cocok digunakan untuk kulit
kering karena dalamnya terdapat kandungan gliserin, petroleurn dan beeswax yang
dapat melindungi mencegah kulit dan iritasi dan jerawat.
7. Oatmeal
Soap – dan hasil penelitian, gandum mempunyai kandungan anti iritasi.
Dibandingkan sabun lain, sabun gandum ini lebih baik dalam menyerap minyak
menghaluskan kulit kering dan sensitif.
8. ‘Natural’
Soap – sabun alami ini memiliki formula yang sangat lengkap seperti
vitamin, ekstrak buah, minyak nabati, ekstrak bunga,aloe vera dan essential
oil. Cocok untuk
semua jenis kulit dan kemungkinan membahayakan kulit sangat kecil
Formula yang perlu dihindari dari sebatang
sabun :
·
Sodium Hydroxide & Alkaline - menyebabkan kulit teriritasi dan kering.
·
Anti bacterial formula - hanya membersihkan bagian luar tapi tidak mematikan kuman dan bakteri
yang ada pada jerawat.
·
Lemak hewani - mengakibatkan jerawat.
·
PH di atas 7 –
meningkatkan keberadaan Propionobacteria – bakteri penyebab jerawat.
Deterjen
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih
sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus
alkil (umumnya C9 – C15) atau garam dari
sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan
ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat
minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai
dikembangkan akan tetapi karena gugus utama surfaktant ABS yang sulit di
biodegradabel maka pada tahun 1965 industri mengubahnya dengan yang
biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LAS
Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan
penurun tegangan permukaan, misalnya : p – alkilbenzena sulfonat dengan
gugus alkil yang sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi
propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel –
Craft Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.
Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1. Surfaktan (surface
active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
- ABS
(Alkyl Benzene Sulfonate) ,senyawa ini berasal dari olahan minyak
bumi.Limbahnya nya sulit terurai
oleh mikro organisme, sehingga merusak lingkungan,
- LAS
(Lauril Alkyl Sulfonate), senyawa ini juga berasal dari minyak bumi. Hanya
dapat terurai dilingkungan yang aerob dengan kadar oksigen
yang cukup.Dalamlingkungan yang tercemar berat ,LAS tidak
dapat terurai.
- CMC
(Carboxymethyl Cellulosa),merupakan bahan pembuih/ penghasil
busa. Banyak orang menganggap makin banyak buih, berarti detergen bagus.
Padahal sebenarnya buih tidak banyak berpengaruh terhadap daya kerja
detergen. Daya pembersih detergen terletak pada kemampuannya
mengemulsikan lemak ke air.
Surfaktant ini dapat berupa
-
anionic yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat
pada suatuanion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,
-
garam sulfonat asam lemak rantai panjang (Alkyl
Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein
Sulfonate/AOS),
-
Kationik surfaktan yang bagian alkilnya
terikat pada suatu kation. (Garam
Ammonium),
-
Non ionic surfaktan yang bagian alkilnya
tidak bermuatan. Contohnya
ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil
amina, glukamina (Nonyl phenol polyethoxyle),
-
Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian
alkilnya mempunyai muatanpositif dan negatif. Contohnya surfaktan yang
mengandung asam amino,betain, fosfobetain.Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)
2. Builder (Permbentuk)
berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium
Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine
Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi)
adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya
cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan
sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
4. Additives adalah
bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi,
pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan
daya cuci deterjen.Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi
produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh
detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci
(anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau
harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Detergen
jenis keras
Detergen jenis keras sukar
dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat
tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena
Sulfonat (ABS).
Proses
pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang
Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena
Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah
C6H5C12H25 +
SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil
Benzena Sulfonat)
Reaksi
selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil
Benzena Sulfonat
2. Detergen
jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan
penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak
aktif lagi setelah dipakai .
Contoh: Lauril Sulfat atau
Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses
pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat
pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H
+ H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan
larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun
kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:
1. Personal
cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan,
dll.
2. Laundry,
sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat.
3. Dishwashing
product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
4. Household
cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih
bahan- bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
Sifat umum Sabun dan Detergen:
1. Bersifat basa
R – C-O- + H2O R
– C-OH + OH-
2. Tidak berbuih di
air sadah (Garam Ca, Mg dari Khlorida dan Sulfat)
C17H35COONa
+ CaCl2 Ca
(C17H35COO)2 + NaCl
3. Bersifat
membersihkan dan dapat
membentuk buih/busa
A, R- (non
polar dan Hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran menjadi partikel
yang lebih
kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan kotoran dan mudah
dipisahkan.
B Sedangkan -C-O- (polar
dan Hidrofil) akan larut dalam air membentuk buih dan mengikat
partikel – partikel kotoran sehingga
terbentuk emulsi.
Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil
sebagai“kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor ”
:
H H H H H H H H H H H H H H H H
H O
H
– C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-C-O
H H H H H H H H H H H H H H H H
H
Dengan adanya minyak, lemak, dan bahan organik tidak
larut dalam air lainnya, kecenderungan untuk “ekor” dan anion melarut
dalam bahan organik, sedangkan bagian “kepala ” tetap tinggal dalam
larutan air. Oleh karena itu sabun mengemulsi atau mensuspensi bahan organik
dalam air. Dalam proses ini, anion-anion membentuk partikel-partikel koloidmicelle.
Keuntungan yang utama sebagai bahan pencuci karena
terjadi reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam
lemak yang tidak larut. Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya
garam-garam dari magnesium dan kalsium.
2 C17H35COO- Na+ Ca2+ Ca
(C17H35CO2)2 (s) + 2 Na+
Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem
ekuatik biasanya langsung terendap sebagai garam – garam kalsium dan magnesium.
Oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat
dihilangkan. Akibatnya dengan biodegradasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan
dari lingkungan.
Perbedaan
antara sabun dan deterjen
1. Sabun
adalah hasil proses penetralan asam lemak dengan menggunakan alkali. Deterjen
adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun
alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari
media.Struktur antara sabun dan detergent juga berbeda, yakni:
(Permono,
2005).
2. Deterjen Sintetik
mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak
larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah, sedangkan Sabun
yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya
langsung terendap sebagai garam – garam kalsium dan
magnesium.
2. Dibanding dengan produk
terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai
daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
3. Dua
bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya
Beberapa
jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS), sodium
laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS)yang termasuk golongan
ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin
diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
. Builders,
salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate ,umumnya Sodium Tri Poly
Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya
merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam
jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara
(eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan
oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang
merupakan makanan bakteri.
Sedangkan
pada sabun dengan biodegradesi(penguraian oleh makhluk hidup,seperti bakteri dan mikroba ),
sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.
Demikian bahasan mengenai bahasan
tentang sabun dan deterjen semoga bermanfaat
Sumber tulisan
·
Rofa Yulia Azhar.com